
Banjarmasin, kalimantannews19.com
Konflik agama, baik intern apalagi antarumat beragama, paling sulit penyelesaiannya.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Kalimantan Selatan Kalsel, Drs H Bayani Dahlan MAg usai Pembukaan Capacity Building Mediator Konflik, di Hotel Aria Barito Banjarmasin, Sabtu (16/9/2023).
Menurut Bayani, konflik antarumat beragama paling mudah menyulutnya dan paling susah pula memadamkannya atau menyelesaikannya jika terjadi.
“Bahkan konflik tersebut akan semakin tajam apabila berkelindan dengan politik,” tambahnya.
Tentang kondisi dan potensi konflik di Kalsel, dia mengatakan relatif aman dan kondusif. “Tetapi potensi konflik itu akan selalu ada, karena itu merupakan bahaya latent, terutama konflik antarumat beragama dan intern umat beragama,” beber Bayani.
Lantas, seberapa besar potensi konflik keagamaan tersebut di Banua Kalsel? Bayani menegaskan, potensi konflik memang ada, walau tidak besar, karena di Kalsel ini lebih homogen, yakni mayoritas penduduknya sekitar 94 persen muslim. Selebihnya adalah penganut agama lain, termasuk Aliran Kepercayaan.
Karena homogen itu, sambung Bayani, maka potensi konflik masih rendah. Kecuali konflik intern di kalangan pemeluk agama tersebut.
Di Islam, ujarnya memberi contoh, masih mungkin terjadi konflik antara kaum Syi’ah dengan penganut Ahmadiyah. “Bahkan di sebagian kaum Nahdliyyin atau NU dengan warga Muhammadiyah masih ada yang belum terlalu rukun,” sebutnya lagi.
Untuk itulah, lanjut Bayani, pihaknya menggelar Capacity Building Mediator Konflik untuk mengantisipasinya. “Paling tidak untuk bisa saling bersilaturrahmi lintas agama, saling bertemu. Kalau sudah bertemu begini, terjalin keakraban, tak mungkinlah mereka akan berkelahi,” harapnya.
Diapun menekankan, jika para pemimpin agama di forum ini bisa rukun, semoga umat mereka mengikutinya, juga rukun.
Jadi sekali lagi, ujarnya, kegiatan ini semata guna memberikan penguatan bagi aktor kerukunan umat beragama, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar kegiatan Capacity Building Mediator Konflik.
Senada, salah seorang narasumber yang juga Direktur Walisongo Mediation Center, Prof Dr Achmad Gunaryo MSoc Sd mengatakan, dalam kehidupan ini, siapapun tak bisa menolak konflik, termasuk konflik agama.
“Tetapi kita harus mampu mengelola perbedaan-perbedaan. Terlebih dalam konteks kenegaraan, guna mempertahan persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kita yang teramat luas, yang panjangnya saja seperti Benua Eropa,” papar pakar penyelesaian konflik ini.
Dia menjelaskan, perbedaan-perbedaan itu sudah sunatullah. “Kita tak bisa melawannya, kita hanya bisa mengapresiasinya,” ujar Gunaryo yang telah berpengalaman menyelesaikan sejumlah konflik di dalam dan di luar negeri.
Peserta kegiatan ini berasal dari banyak pihak, antara lain Badan Kesbangpol, MUI, , DMI, MDI, NU, Muhammadiyah, Alwashliyah, Aisyiyah, Ahmadiyah, al-Irsyad, PHDI, LDII, PGI, Keuskupan, Walubi, dan Matakin. (berli)
Iklan Membantu kami untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. matikan adsblock untuk mendukung kami
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Paham!