
Mengenakan topi, ia berdiri menuntut keadilan sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Hukum Mati Jumran” seorang oknum TNI AL yang diduga tega menghabisi nyawa Juwita, yang tak lain merupakan kakak kandungnya.
Rajasa yang merupakan adik bungsu dari almarhumah itu sepintas mengingat kenangannya bersama mendiang kakak semasa hidup yang kerap menghabiskan waktu bersama keluarga.
“Kami sering jalan-jalan sambil makan bersama,” ujar remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama ini.
Ia begitu mengenal kakak perempuannya tersebut sebagai seorang pribadi yang baik dan penyayang kepada keluarga, termasuk kepada para keponakannya.
“Dia sangat sayang dengan adik dan keponakan, ia sering pulang membawakan kami makanan,” ungkapnya.
Kehilangan salah satu sosok kakak secepat ini di dalam hidupnya tak pernah terbayangkan oleh Rajasa.
Bahkan saat pertama kali kabar sampai ke telinganya bahwa Juwita mengalami kecelakaan, ia masih berharap kakak perempuan satu-satunya itu hanya perlu mendapatkan perawatan medis, tak sampai kehilangan nyawa.
“Saya kira cuman kecelakaan dan orangnya masih hidup karena sempat dibawa ke rumah sakit, tapi ternyata meninggal di tempat,” ucapnya dengan sendu.
Semenjak dikebumikannya Juwita pada 23 Maret lalu Rajasa mengaku rindu, ia selalu memanjatkan doa terbaik untuk sang kakak.
Iklan Membantu kami untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. matikan adsblock untuk mendukung kami
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Paham!