
KALIMANTAN NEWS – Dalam dua dekade terakhir, dunia telah menyaksikan munculnya gelombang baru dalam dunia bisnis startup.
Berbeda dengan perusahaan konvensional, bisnis startup merupakan usaha rintisan yang umumnya bergerak di bidang teknologi, memiliki model bisnis yang inovatif dan berfokus pada pertumbuhan cepat.
Kemunculannya banyak dipicu oleh kemajuan teknologi digital, penetrasi internet yang semakin luas, serta perubahan perilaku konsumen yang semakin akrab dengan layanan berbasis aplikasi.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat dengan Silicon Valley-nya, tetapi juga menjamur di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Seiring dengan bertumbuhnya ekosistem digital, Indonesia kini menjadi salah satu pasar terbesar bagi perkembangan bisnis startup di kawasan Asia Tenggara.
Bisnis startup telah menjadi fenomena global yang merubah wajah industri.
Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan startup? Bagaimana cara kerjanya? Dan apa saja tantangan yang dihadapi?
Berikut penjelasan lengkap berdasarkan artikel ilmiah dari International Journal of Management, laporan Startup Genome, dan data dari Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia;
Menurut Ries (2011) dalam buku The Lean Startup, startup adalah organisasi yang dibentuk untuk menciptakan produk atau layanan baru dalam kondisi ketidakpastian ekstrem. Biasanya, startup beroperasi dalam bidang teknologi dan inovasi digital.
Kementerian Koperasi dan UKM RI menambahkan, startup adalah usaha rintisan yang berbasis teknologi dan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
Startup dimulai dari ide unik, kemudian dilakukan market validation melalui survei, MVP (Minimum Viable Product), dan uji coba ke target pasar.
Startup biasanya mencari pendanaan dari investor seperti angel investor, venture capital, atau melalui program inkubasi pemerintah.
Startup didesain untuk tumbuh cepat, didukung oleh model bisnis yang scalable dan teknologi digital (aplikasi, AI, IoT dan lain-lain).
Jika ide awal tidak berhasil, startup akan melakukan pivot (perubahan arah bisnis) berdasarkan data dan respon pasar.
Menurut data Startup Genome (2024), 29% startup gagal karena kehabisan dana. Akses modal dan pengelolaan keuangan menjadi kunci utama.
Kompetisi sangat tinggi. Diperlukan inovasi dan nilai unik agar bisa bertahan.
Sulit mendapatkan talenta yang sevisi. Tim yang tidak solid bisa menjadi penghambat.
Beberapa sektor teknologi menghadapi regulasi yang ketat seperti fintech dan healthtech.
Banyak bisnis startup gagal karena produknya tidak menjawab kebutuhan pasar secara nyata (CB Insights, 2023).
Berdasarkan laporan dari DSInnovate (2024), Indonesia memiliki lebih dari 2.400 startup aktif, terbanyak di Asia Tenggara. Sektor populer meliputi fintech, edutech, agritech, dan healthtech.
Pemerintah Indonesia mendukung pertumbuhan startup melalui program seperti Startup Studio Indonesia, BEKRAF, dan Gerakan 1000 Startup Digital.
Bisnis startup bukan sekadar bisnis kecil, tapi wadah inovasi yang mampu menciptakan solusi baru dan berdampak luas. Meski peluangnya besar, tantangan yang dihadapi juga tak kalah serius.
Pemahaman mendalam tentang model bisnis, teknologi, dan kebutuhan pasar adalah kunci keberhasilan startup di era digital ini.
Kebutuhan masyarakat akan solusi yang cepat, praktis dan berbasis teknologi telah menciptakan peluang besar bagi para pelaku startup untuk menawarkan produk dan layanan yang disruptif.
Di sisi lain, kemudahan dalam mengakses pendanaan melalui venture capital, inkubator, maupun platform crowdfunding turut mempercepat lahirnya berbagai inovasi baru dari kalangan muda.
Didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010, Gojek berawal sebagai layanan pemesanan ojek melalui call center.
Dalam waktu singkat, Gojek berkembang menjadi aplikasi super (super app) yang mencakup berbagai layanan seperti transportasi (GoRide, GoCar), pesan-antar makanan (GoFood), logistik (GoSend), layanan kebersihan dan kecantikan, hingga dompet digital (GoPay).
Gojek juga menjadi startup pertama asal Indonesia yang menyandang status unicorn dan kemudian decacorn.
Pada 2021, Gojek resmi merger dengan Tokopedia dan membentuk GoTo Group, grup teknologi raksasa Indonesia yang menguasai ekosistem digital dari hulu ke hilir.
Didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada 2009, Tokopedia adalah marketplace digital yang memungkinkan individu dan pelaku UMKM menjual produk mereka secara online tanpa biaya.
Tokopedia menjadi pionir dalam memberdayakan ekonomi digital lokal melalui teknologi, terutama di luar kota-kota besar.
Dengan pertumbuhan yang cepat, Tokopedia juga menjadi salah satu unicorn Indonesia.
Setelah bergabung dengan Gojek dalam GoTo Group, Tokopedia memperluas layanannya termasuk pembayaran digital dan logistik yang terintegrasi.
Traveloka adalah startup yang fokus pada layanan perjalanan dan gaya hidup.
Didirikan oleh Ferry Unardi pada tahun 2012, Traveloka awalnya merupakan platform untuk memesan tiket pesawat, namun kini telah berkembang menjadi one-stop-solution untuk kebutuhan liburan dan keseharian.
Layanannya meliputi pemesanan hotel, tiket kereta, transportasi bandara, paket liburan, hingga tiket bioskop dan asuransi.
Traveloka juga telah memperluas jangkauannya ke negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina.
OVO adalah platform dompet digital yang menyediakan layanan pembayaran non-tunai dan transaksi digital lainnya.
Didirikan oleh Lippo Group dan kemudian berkembang secara luas dengan dukungan dari mitra strategis seperti Grab dan Tokopedia, OVO menjadi salah satu e-wallet paling populer di Indonesia.
OVO menawarkan fitur seperti pembayaran di merchant offline dan online, transfer antar pengguna, top up pulsa, hingga layanan paylater (bayar nanti).
Di sektor fintech, OVO memegang peran penting dalam mendorong inklusi keuangan digital di Indonesia.
Kredivo adalah platform fintech yang menawarkan kredit instan dan layanan cicilan digital tanpa kartu kredit.
Didirikan oleh Akshay Garg melalui perusahaan FinAccel, Kredivo memberikan alternatif akses pembiayaan yang lebih cepat dan mudah, terutama bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan konvensional.
Layanan andalannya mencakup pembayaran dengan metode cicilan di berbagai e-commerce dan merchant, serta pinjaman tunai.
Kredivo juga menawarkan fitur paylater yang memungkinkan konsumen membeli sekarang dan membayar nanti.(*/KN)
Editor: Zulvan R