Soft Life: Penjelasan dan 5 Tips Gaya Hidup Santai yang Mulai Banyak Dipilih Gen Z

Ilustrasi wanita menerapkan Soft Life

KALIMANTAN NEWS – Fenomena soft life kini semakin populer, terutama di kalangan generasi muda.

Gaya hidup ini mengedepankan kenyamanan, ketenangan dan meminimalkan stres, sebagai bentuk penolakan terhadap hustle culture atau budaya kerja tanpa henti.

Psikolog klinis Dewi Harun menjelaskan, soft life bukan berarti memupus ambisi, melainkan mengarahkan energi pada hal yang benar-benar penting dan bermakna.

Dr. Sarah Johnson dari University of California menambahkan, tren ini lebih pada hidup dengan cermat, memilih usaha yang layak mendapatkan waktu dan tenaga.

Dari sisi kesehatan, pakar kesehatan mental menyebut soft life dapat membantu menurunkan risiko gangguan kecemasan dan burnout, menjaga kualitas tidur, serta menstabilkan tekanan darah.

Aktivitas yang lebih terukur dan berkesadaran juga berdampak positif pada hormon stres seperti kortisol, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga.

Contoh kegiatan soft life yang kerap di lakukan di Indonesia antara lain staycation di daerah tenang, melakukan digital detox di akhir pekan, kerja remote dari kafe pinggir sawah, hingga menghabiskan waktu untuk hobi seperti berkebun atau melukis.

Data dari survei Work-Life Balance Indonesia 2024 menunjukkan, 62% responden Gen Z memilih menurunkan jam kerja demi memiliki waktu istirahat lebih banyak, sementara 48% mengaku rela menolak pekerjaan bergaji tinggi jika mengorbankan kesehatan mental.

Salah satu kisah datang dari Rina (28), mantan pekerja startup yang dulu bekerja hingga 12 jam sehari.

Setelah mengalami burnout dan gangguan tidur, ia memutuskan pindah ke kota kecil di Yogyakarta, bekerja paruh waktu, dan mengisi hari dengan aktivitas ringan.

“Sekarang aku lebih sehat, lebih bahagia, dan nggak merasa hidup cuma untuk kerja,” ujarnya.

Tips menjalani soft life:

  1. Prioritaskan kesehatan mental – atur jadwal istirahat dan waktu untuk diri sendiri.
  2. Batasi beban kerja – pilih pekerjaan atau proyek yang realistis sesuai kapasitas.
  3. Kurangi paparan drama – selektif dalam memilih lingkungan sosial.
  4. Nikmati hal kecil – seperti membaca buku, minum teh hangat, atau berjalan santai.
  5. Terapkan mindfulness – fokus pada momen sekarang tanpa terlalu memikirkan masa lalu atau masa depan.

Kelebihan soft life antara lain mengurangi stres, menjaga keseimbangan kerja dan kehidupan, serta membantu menikmati hal-hal sederhana secara lebih bermakna.

Namun, tren ini juga punya tantangan, seperti menciptakan ekspektasi hidup yang tidak realistis, memperkuat stereotip gender, dan membuat sebagian orang kurang siap menghadapi kesulitan hidup.

Meski begitu, banyak yang menganggap soft life sebagai cara baru untuk meraih kesehatan mental dan kualitas hidup yang lebih baik, selama dijalani dengan kesadaran dan keseimbangan.(*/KN)

Editor: Zulvan R

Baca Juga