
Kontak fisik bisa jadi bentuk coping mechanism sederhana yang murah dan bisa dilakukan kapan saja.
Apalagi jika dilakukan bersama orang terdekat seperti pasangan, sahabat, atau keluarga.
Menurut jurnal Social and Personal Relationships, kurangnya sentuhan fisik terutama saat pandemi berkorelasi dengan meningkatnya stres, kesepian, bahkan gangguan makan dan tidur.
Penelitian dari Italia (2023) membuktikan bahwa orang yang sering dipeluk pasangannya punya gejala depresi lebih rendah (β = −1.187, p = 0.018).
Bahkan pelukan dari teman tetap memberi dampak positif.
Anak-anak yang tumbuh tanpa momen berpelukan berisiko tinggi mengalami keterlambatan perkembangan dan luka emosional jangka panjang.
Sebaliknya, studi dari Carnegie Mellon University menemukan bahwa pelukan sebelum menghadapi stres mampu memperkuat imun tubuh dan membuat seseorang lebih tahan terhadap tekanan.
Psikolog klinis juga menyarankan untuk rutin melakukan kontak fisik yang positif seperti berpelukan, terutama di masa penuh tekanan atau ketika mengalami gejala emosional seperti BPD, depresi, atau kecemasan.
Menurut data dari The Touch Research Institute Kita butuh 4 pelukan sehari untuk bertahan hidup, 8 untuk bertahan, dan 12 untuk tumbuh.
Jadi, jangan remehkan kekuatan sebuah pelukan. Kadang, dia bisa jadi obat terbaik yang nggak bisa ditemukan di apotek.(*/KN)
Editor: Zulvan R