
Berdasarkan Jurnal Psikologi Klinis Universitas Indonesia, gaya komunikasi ini bisa membuat hubungan tidak sehat karena menimbulkan ketegangan berkepanjangan.
Halodoc menjelaskan bahwa pasangan yang tampak perhatian, tapi sebenarnya mengatur segala aspek hidupmu, mulai dari pakaian, pertemanan, hingga keputusan kecil adalah bentuk red flag yang sering disalahartikan sebagai tanda sayang.
Studi dari Journal of Social and Personal Relationships menunjukkan bahwa pasangan yang sering ingkar janji kecil, seperti telat terus-menerus atau lupa hal penting yang kamu sampaikan, berpotensi melemahkan kepercayaan dan stabilitas emosional dalam jangka panjang.
Ucapan seperti “Kamu nggak kayak mantanku” atau “Orang lain aja bisa, kenapa kamu nggak?” terlihat sepele, tapi dalam kacamata psikologi, ini termasuk emotional manipulation yang dapat menurunkan harga diri dan membuatmu merasa tidak cukup.
Menurut Halodoc, banyak korban hubungan toxic merasa bersalah karena tidak menyadari tanda-tanda red flag sejak awal.
Padahal, menyalahkan diri sendiri hanya memperpanjang luka emosional dan menghambat pemulihan.
Dikutip dari Jurnal Psikologi Klinis Universitas Indonesia, komunikasi asertif adalah langkah awal dalam membangun relasi sehat.
Sampaikan apa yang kamu rasakan tanpa menyudutkan, karena pasangan yang sehat akan mendengarkan, bukan menyerang balik.
Seseorang yang benar-benar bertanggung jawab akan menunjukkan perubahan perilaku, bukan hanya kata-kata.
Kata Maaf tanpa perubahan hanyalah bentuk manipulasi emosional.
Studi dari Journal of Social and Personal Relationships menegaskan bahwa menetapkan batas dalam hubungan adalah bentuk perlindungan diri yang sehat.