Polda Kalsel dan Narkoba: Keberhasilan yang Masih Belum Cukup

foto pexels.com

CATATAN : HANI, Wartawan

Pemusnahan barang bukti narkoba oleh Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) yang baru-baru ini dilaksanakan memang patut mendapat apresiasi.

Sebanyak 79,3 kilogram sabu, lebih dari 63 ribu butir pil ekstasi, dan ratusan gram ganja berhasil dimusnahkan. Hasil pengungkapan ini mencerminkan kerja keras Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalsel dalam menanggulangi peredaran narkoba yang semakin meresahkan.

Namun, meskipun angka-angka besar tersebut menggambarkan pencapaian, ada beberapa pertanyaan mendasar yang harus kita renungkan: Apakah ini sudah cukup? Apakah sistem yang ada benar-benar efektif dalam menanggulangi akar permasalahan?

Apresiasi, Namun Terlalu Banyak yang Terlewatkan

Nilai narkoba yang dimusnahkan mencapai sekitar Rp 133 miliar. Itu adalah jumlah yang sangat besar.

Namun, apakah kita cukup puas dengan angka tersebut? Keberhasilan ini memang menunjukkan bahwa Polda Kalsel bekerja dengan baik, tetapi apakah kita benar-benar memahami besarnya tantangan yang kita hadapi? Setiap kali ada pengungkapan besar seperti ini, kita sering kali hanya terpaku pada angka-angka statistik yang tampak mengesankan.

Tapi kita lupa bahwa peredaran narkoba di lapangan bukanlah soal satu atau dua kasus besar, melainkan tentang sistem yang rapuh dan peredaran yang begitu terorganisir dan masif.

Apakah Polda Kalsel sudah cukup serius dalam membongkar jaringan yang lebih besar di balik kasus-kasus ini? Dari 24 laporan polisi yang berhasil diungkap, berapa banyak jaringan yang sebenarnya masih beroperasi tanpa terdeteksi? Keberhasilan ini harus dipandang sebagai langkah awal, bukan pencapaian yang cukup.

Setiap kali ada pengungkapan besar, kita seharusnya bertanya: Berapa banyak lagi yang belum terungkap? Seberapa dalam jaringan ini mengakar? Jangan sampai kita hanya merayakan “kemenangan sementara” tanpa menyadari bahwa permasalahan ini jauh lebih kompleks.

Kritik terhadap Sistem Penanggulangan yang Terfragmentasi

Sistem penanggulangan narkoba di Kalsel dan Indonesia secara keseluruhan masih sangat terfragmentasi. Penindakan yang dilakukan sering kali bersifat reaktif dan tidak sistematis.

Narkoba bukan hanya soal peredaran barang, tetapi juga soal sistem distribusi yang sangat luas dan mendalam.

Di sini, kita harus menyadari bahwa penindakan tanpa diikuti dengan pencegahan yang komprehensif akan sia-sia. Setiap kali barang bukti dimusnahkan, kita hanya mengatasi permukaan masalah, sementara akar permasalahan tetap subur.

Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi akar penyebabnya? Mengapa kita terus-menerus mengungkapkan peredaran narkoba tetapi tidak ada perubahan signifikan dalam pola konsumsi dan distribusinya? Apakah langkah preventif, seperti edukasi dan sosialisasi, dilakukan secara maksimal? Apakah pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait bekerja dengan sistem yang terpadu, ataukah setiap pihak hanya sibuk dengan upaya masing-masing tanpa koordinasi yang jelas?

Biaya Sosial yang Terlalu Mahal

Meskipun pengungkapan ini diperkirakan dapat menghindarkan sekitar 475.677 orang dari bahaya narkoba, kita harus bertanya, berapa banyak yang sudah terlanjur terjebak dalam kecanduan dan tidak mendapat penanganan yang memadai?.

Biaya rehabilitasi narkoba yang mahal dan terbatasnya fasilitas penyembuhan hanya memperburuk situasi. Menghemat Rp 2,3 triliun dari biaya rehabilitasi negara memang menggembirakan, tetapi berapa banyak anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk pencegahan dan rehabilitasi yang lebih efektif?

Pendidikan tentang bahaya narkoba, terutama di kalangan remaja dan masyarakat umum, masih minim. Pengawasan terhadap peredaran narkoba di tingkat bawah juga lemah. Tanpa peran aktif seluruh elemen masyarakat dan pemerintah, pengungkapan besar seperti ini akan tetap berulang tanpa pernah benar-benar menyelesaikan masalah.

Jalan Masih Panjang

Keberhasilan Polda Kalsel dalam menggagalkan peredaran narkoba memang pantas dipuji. Namun, kita harus berhenti sejenak untuk bertanya: Apakah kita sudah melakukan segala yang diperlukan untuk benar-benar mengatasi masalah ini?.

Pengungkapan besar ini tidak boleh menjadi alasan untuk merayakan kemenangan, melainkan harus menjadi pemicu untuk meningkatkan kesadaran akan betapa mendalamnya permasalahan narkoba di Indonesia.

Perang melawan narkoba tidak bisa hanya berhenti di satu titik. Kita butuh sistem yang lebih holistik, penegakan hukum yang lebih tegas, serta kerja sama yang lebih kuat antara berbagai pihak. Jika tidak, keberhasilan ini akan hanya menjadi catatan sementara yang tidak membawa perubahan signifikan.(*/KN)

Polda Kalsel Polda Kalsel

Baca Juga
Promo
Kami mendeteksi Adblocker di perangkatmu

Iklan Membantu kami untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. matikan adsblock untuk mendukung kami

Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Paham!