Tradisi Baayun Maulid di Mesjid Tua Sultan Suriansyah, Diikuti Peserta Berusia 96 Tahun, Walikota : Ini Akulturasi Budaya Banjar

Suasana Baayun Maulid Yang Digelar di Mesjid Sultan Suriansyah Rabu (27/9/2023). (sir)

Banjarmasin, Kalimantannews19.com

 497orang peserta turut dalam kegiatan massal “Baayun Maulid” yang digelar di halaman Mesjid Tua Sultan Suriansyah Kuin Utara Banjarmasin, Rabu (27/9/2023) pagi.

Gelaran tradisi dan budaya Banjar yang dilaksanakan tiap Bulan Rabiul Awal ini diikuti berbagai usia. Namun pada tahun ini, dari 497 orang, terdapat perserta tertua berusia 96 tahun, dan termuda, berusia 14 hari yang turut di ayun.

Ritual kegiatan pun terlihat begitu semarak Karena dihadiri berbagai kalangan, dan ratusan warga dalam kegiatan tradisi tahunan Ba’ayun Maulid untuk memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina, yang hadir dalam sambutannya, mengatakan, tradisi ba’ayun ini merupakan akulturasi dari budaya Banjar dengan sentuhan Islam dan Dayak, yang ketika itu agama disyiarkan secara massif para penghulu Kesultanan Banjar,

Khususnya di era Khatib Dayan dan penerusnya. Dari berbagai literatur sejarah Banjar, ketika Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 24 September 1526. Seiring itu pula dinul Islam yang dibawa Rasulullah SAW ini menyebar di daerah aliran sungai Barito dan pedalaman Kalsel dan Kalteng.

Kegiatan ini memang digelar setiap tahun, di masjid Sultan Suriansyah, tahun ini untuk perserta berjumlah 497 orang sesuai dengan tahun hari jadi kota Banjarmasin.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudporapar kota Banjarmasin Zul Faisal Putra, menambahkan, tradisi ba’ayun merupakan warisan leluhur Dayak yang beragama Kaharingan, yang kemudian dimodifikasi dengan sentuhan nilai-nilai keislaman, seperti pembacaan ayat-ayat suci Alqur’an, syair maulid dan doa-doa keselamatan dari khazanah islam.

Semula, tradisi ba’ayun maulid berawal dari Desa Banua Halat, Kecamatan Tapin Utara, dan yang kemudian berkembang hingga seantero Kalimantan Selatan.

Nah, tradisi ini dianggap sebagai penanda konversi agama orang-orang Dayak yang mendiami Banua Halat dan daerah sekitarnya, yang semula beragama Kaharingan kemudian memeluk agama Islam. Karena itu, upacara baayun anak mempunyai kaitan yang kuat dengan sejarah masuknya Islam di Banua Banjar.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai diruang utama dalam masjid, yang disiapkan puluhan ayunan membentang pada tiang-tiang yang lapis kain aneka warna.

Kemudian, dibagian tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman janur berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, kelabang, kembang sarai, rantai, hiasan-hiasan mengunakan buah-buahan atau kue tradisional seperti cucur, cincin, kue gelang, pisang, kelapa, dan lainnya.

Salah peserta Noor Aina yang membawa anaknya berusia 8 bulan, mengaku, ini pertama kali mengikuti ritual baayun maulid.

“Semoga saja mendapatkan keberkahan dibulan Maulid Nabi Muhammah SAW dan sehat dan dimurahkan rezeki dan anak kami menjadi anak sholeh dan sholeha” harap Nor Aina.(pk)

Baca Juga
Promo
Kami mendeteksi Adblocker di perangkatmu

Iklan Membantu kami untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. matikan adsblock untuk mendukung kami

Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Paham!